♥ I’ve always been the kind of girl...That hide my face...So afraid to tell the world...What I’ve got to say...But I have this dream...Right inside of me...I’m gonna let it show...It’s time to let you know ♥

Minggu, 18 Mei 2014

(Bukan) Permen


Hari ini (Senin, 19 Mei 2014), untuk kesekian kalinya saya menyadari satu hal. Nyatanya, tugas kita di dunia ini hanyalah memilih dan mepertanggungjawabkan apa yang sudah menjadi pilihan kita. Dan faktanya, memilih tak semudah seperti anak kecil nyomot permen di toples. Berada di persimpangan memang membingungkan. Membuat kita harus lebih sering-sering mengerutkan kening, membuat kita lebih lama terdiam seorang diri, dan membuat detak jantung kita berdetak lebih kencang dari biasanya.

Memilih tak semudah memasukkan jemari ke dalam toples permen.

Dan saya bingung harus memilih yang mana. Ketika kesempatan itu ada di depan mata. Ketika keinginan masa kecil untuk mengajar di daerah tertinggal rasanya tinggal sejengkal lagi. Ternyata masih ada yang memberatkan hati untuk memutuskan.

Tentang mama yang berat melepas putrinya pergi jauh. Tentang kamu, yang selalu menegaskan diri bahwa LDR bukanlah suatu “cara yang tepat” dalam hubungan ini.

Ah…sejujurnya yang lebih memberatkan saya adalah kamu. Ya…acap kali saya bertanya kamu selalu menegaskan bahwa tak pernah mau meninggalkan kota Bengawan yang terlanjur membuatmu nyaman ini. Lantas, bagaimana jika rejekiku ternyata bukan di kota ini? Apakah kamu akan melepaskanku begitu saja dan tetap bersama dengan kota ini?

Kamu selalu berkata bahwa saya harus keluar dari zona nyaman saya. Mungkin ini lah salah satu jalannya. Apa salahnya dicoba? Kalau lulus ya Alhamdulillah, kalau engga ya coba lagi tahun depan J

Selasa, 25 Maret 2014

Secangkir Cappucino

Sebuah kenangan indah dalam secangkir cappucino
Menyesapkan manis dan pahit dalam satu rasa
Jejak-jejak rindu perlahan berkumpul dalam cangkir ini
Rindu yang mungkin terlewatkan oleh sendu malam
Cangkir ini yang memberiku sebuah cerita tentang senja
Dimana aksara romansa merajut dalam untaian kata syahdu
Mungkin ini adalah rasa yang wajar diantara jarak, waktu, dan pengharapan
Aku dan kamu…
Dihadapan secangkir cappuccino yang kau suka…
Di bawah senja yang ku suka… :)

Minggu, 23 Maret 2014

Menyudut


Mungkin hujan turun untuk mengadu padamu
Tentang aku yang tak lagi merekam segala memori
Adakah gunanya kau keluhkan sampai hari tua,
Tentang lupa yang sengaja ku tanam?
Apa salahnya jika rasa ini melipir pada sudut sebuah segitiga?
Terbias aroma percik hujan senja yang menenangkan
Apa salahnya jika rasa ini berhenti pada tempat teduh yang menyamankan,
dengan secangkir cappucino yang menemani?
Pada tempat yang tak lagi kau kenali, akan ada yang setia merinduimu

Jumat, 18 Oktober 2013

Hidden Paradise

Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata "Jogjakarta"?? Kota pelajar? Mahasiswa? Macet? Gunung merapi? atau Mbah Marijan? 
Kalau saya mah cuma 2 kata yang langsung terlintas. Bakpia dan pantai, hahaaa..

Ya, Jogja memang cukup terkenal wisata pantainya, terutama daerah gunung kidul. Sayangnya sudah banyak pantai-pantai di sana yang mulai ramai dikunjungi wisatawan. Jadinya ga seru lagi. Ga nyaman lagi kalau mau lari-lari atau sekedar guling-guling di pasir pantainya.

Nah, buat kalian yang suka ke pantai tapi ga suka yang banyak orangnya, pantai Greweng bisa jadi salah satu alternatif pilihan untuk dikunjungi. Kenapa judul postingan kali ini saya namai "Hidden Paradise"? Karena letak pantai ini yang tersembunyi, dan pemandangannya ga kalah ciamik dengan pantai-pantai di gunung kidul lainnya. Dan yang pasti sepiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.....banged. Semacam surga yang tersembunyi di balik tebing-tebing batu gitu. Waktu saya kesana aja ga ada seekor manusia pun yang berkeliaran. Bener-bener berasa punya pantai pribadi ^_^

Pantai Greweng terletak di sebelah timur pantai Wediombo. Aksesnya gampang kok. Yang penting mah kalian udah nyampe dulu ke pantai Wediombonya, hehee.. Oiya, ternyata banyak penduduk lokal yang belum tau tentang pantai Greweng. Ketika kami menanyakan arah menuju pantai Greweng mereka bilang belum pernah mendengar nama pantai itu. Untungnya di loket masuk area wediombo bapak penjaganya tau. Kami diberi arahan deh. Tapi emang dasar lemot, saya mah cengoh aja gitu dengerin penjelasan bapaknya, hehe..

Buat yang bawa motor, di sana banyak kok tempat penitipan. Semacam rumah-rumah gitu, sebelum mencapai pantai wediombo-nya. Untuk yang berniat camping di pantai Greweng mungkin sebaiknya kendaraan dititipkan di rumah-rumah tersebut. Tapi, berhubung kemarin niatan kami cuma penasaran sama yang namanya Pantai Greweng, diterjang deh tuh jalanan sama si Supra Fit item. Seru lho. Kapan lagi bisa naik motor di tengah kebun tebu dan tengah ladang yang lagi ditanemin petaninya. Awalnya saya ragu, tapi karena bapak tani disana bilangnya "motornya dibawa saja, nanti dititipin dirumah pojokan" (edisi indonesia, red) ya sudah, tancap gas daaahh..

Sampai mentok di rumah yang dimaksud bapak tani tadi, kami menitipkan motor di sana. Selanjutnya, biarlah kaki ini yang melangkah (apa deh -.-). Yap, perjalanan dimulai dari sini. Naik bukit, melewati ladang-ladang yang mayoritas ditanami jagung dan kacang tanah, turun lagi, naik bukit batu Karst lagi, turun lagi. Oiya, selama perjalanan kami menemui beberapa goa yang jadi sumber mata air. Salah satunya dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi dan keperluan sehari-hari. Sayang, banyak bungkus detergen di sana. Dan setelah pecicilan naik turun bukit batu, kami masih harus melewati segerombolan pandan duri yang tinggi. Hingga akhirnya, TARAAAAAAAAA....welcome to the hidden paradise of Indonesia, Greweng beach.!!!!
Greweng Beach
Hwuaaaaaahhh...gilak.! Kereeeennnn...Sepiiiiiiiiiii...pokoknya pecaaaaaaahhhhhh.!!!!!
Pantainya kecil sih, tapi indah. Diapit sama dua bukit karang gede. Bisa guling-guling di pasir sepuasnya. Bener-bener ga ada satu manusia pun yang berkeliaran, dan tempat ini memang pas buat yang suka camping. Berhubung waktu ke sana ombaknya lagi agak horor, jadinya cuma main becek-becekan deh di pinggiran.
Cuma numpang ngebasahin kaki doank -.-''



Kamis, 17 Oktober 2013

Titik (.)


Masih mengais titik-titik yang berserakan
Disini...disana..
Tak ada yang kutemukan untuk menyambungnya
Apa rasanya menemukan titik yang kau sebut sebagai alasan untuk pulang?
Entah kemana berlarinya tapak ini
Semua membuyar, semu, abu-abu
Ia-nya menyudutkanku di kota kenangan kita
Dapatkah kau rasakan hati yang meringkuk pilu di batas fajar?
Mereka-reka titik yang melahirkan senyuman dalam diamnya
Yang mungkin akan menghapus jejak-jejak kehilangan
Dan memekarkan rona-rona merah pada pipi

~Senja di bengawan, 12-10-'13

Rabu, 17 April 2013

Aku dan Kamu

Sore yang panas di kota bengawan. Sama seperti sore yang selalu kita nikmati berdua di kota kita. Panas. Sepi. Gersang. Tapi aku mencintainya hingga detik ini. Rasanya baru kemarin kau mengusap lembut kepalaku, menggenggam lembut jemariku. Aku selalu bahagia bila duduk di sampingmu, mendengar semua keluh kesahmu-yang kadang aku tak mengerti-, lalu saat kau lengah, aku akan menyesap minumanmu pelan-pelan dan kau akan mengangkat gelasmu, memeriksa apakah ada sebuah lubang kecil di bawah sana yang membuat cairan di dalamnya hilang. Dan aku? aku akan tersenyum jahil menatapmu yang mulai membelai lembut kepalaku. Hahaaa.. :)

Kau selalu setia menungguku selesai berdandan di teras rumah, dan aku akan berlari kecil menghampirimu sambil menunggu kau mengucapkan satu kata ,"Cantiknyaa.." karna itu membuatku bagaikan satu-satunya putri di negeri ini. Walaupun hanya keliling komplek, tapi jalan berdua denganmu sungguh selalu membuatku tersenyum sepanjang jalan. Dan kau akan kembali bercerita sambil menggandeng tanganku lembut, tentang bagaimana kita selalu bermain dari kecil, bagaimana kau menarik hidung ku agar bisa semancung sekarang, dan kau selalu mengusap lembut kedua alisku agar tumbuh tebal (sayangnya yang satu ini gagal -_-).

Mungkin aku bisa menyebutnya kenangan manis. Dan aku akan selalu menyimpannya disini. Di hati dan ingatan ini. Suatu penyesalan terbesarku ketika saat itu aku tak bisa datang, padahal aku tahu kau berharap aku datang. Maaf..maafkan aku...bukan maksudku untuk tak menjagamu. Tapi saat itu aku benar-benar tak bisa berada di kota kita. Aku sungguh menyesal. Sangat menyesal. Bahkan sampai detik ini pun aku belum pernah sekalipun melihat pusaramu.


Jika saja Solo-Palembang bisa kutempuh dalam waktu satu jam, aku pasti akan menungguimu. Menjagamu. Membimbingmu hingga Tuhan menjemputmu.

Miss you so badly Eyang..

Senin, 25 Maret 2013

Ketika hujan bercerita


Bengawan, 25 Maret 2013

Hai hujan! Kau turun lagi rupanya. Masih merindukan bumi kah? Aku pun selalu merindukanmu.
Ya..ya..kau selalu tahu apa yang akan aku lakukan setiap kali kau datang mengunjungiku. Duduk manis disini, menyesap aroma tanah mu yang khas lamat-lamat, dan sesekali memainkan rinai mu diantara jemariku :)

Hujan membasahi kota bengawan lagi sore ini
Menyelinap di sela rekahan tanah beraspal
Cerita apa yang akan kau bisikkan di telinga ku senja ini?
Tentang lompatan-lompatan girang kaki telanjang mereka?
Dentum rintik mu yang beradu di antara roda sepeda?
Atau mungkin kau akan bercerita tentang petir yang selalu marah di atas sana
Entahlah..
Aku tak pernah peduli apa yang akan kau ceritakan
Karna mendengar tapak mu mendekati ambang jendela saja aku sudah bahagia
Aku akan diam di sana, memandangmu,
Ya, hanya memandangmu
Sampai mentari membiaskan titikmu, membawa pelangi ke sini
Atau mungkin tidak.. 

“..hidup itu bagai hujan..jatuh, ada, menguap…”